|

Dessy Maulina, Gadis Aceh di Film Malaysia


Tak pernah terbayang di benak Dessy Maulina Sari bisa bermain drama bareng artis tenar Malaysia Nur Fazura. Namun, April 2011 lalu, kesempatan itu datang. Sebuah rumah produksi asal Malaysia yang melakukan shooting di Aceh, membuka peluang bagi gadis-gadis Aceh untuk terlibat di drama televisi yang kini sedang tayang di TV Alhijarah Malaysia itu. Dessy pun lolos audisi. Jadilah ia berperan sebagai Novi, teman kuliah Ivan dan Wali.
Drama serial Kitab Cinta diapdosi dari novel karya Taufiqurrahman itu bercerita tentang kisah cinta segitiga antara Zulaikha (diperankan Nur Fazura), Yusuf dan Atiqah. Meski berperan sebagai figuran, bagi Dessy itu adalah pengalaman pertamanya bermain drama televisi bersanding dengan artis tenar negeri jiran.  Ia terpilih bersama dua anak muda Aceh lain.


“Dari tiga pemain asal Aceh, alhamdulillah Dessy terpilih sebagai salah satu pemain.  Begitu lihat pengumuman Desy lolos seleksi, senangnya bukan main,” ujar mahasiswi semester enam, jurusan sekretaris Fakultas Ekonomi Unsyiah ini.

Selain bermain drama, Dessy juga bergelut di dunia modelling. Bergabung di Aceh Model Community, beberapa kali ia menyabet penghargaan sebagai pemenang lomba fashion show.

Untuk mengenal lebih jauh sepak terjang gadis kelahiran Banda Aceh 2 Desember 1991 ini, The Atjeh Post mengundangnya ke markas kami di Simpang Surabaya, Banda Aceh. Berikut petikannya:

Bagaimana ceritanya terpilih bermain di sinetron  Kitab Cinta?
Awalnya Dessy tidak tahu ada casting itu. Yah Yun (pemain debus Yun Casaluna) menghubungi Dessy untuk ikut seleksi. Awalnya Dessy tidak mau ikut, karena yakin tidak lewat.  Ketika seleksi, Desy disuruh berperan tanpa naskah sebagai anak yang bandel. Improve saja, gitu. Setelah lolos tahap pertama, Dessy dites lagi. Dua minggu setelah itu keluar pengumuman dan ternyata Dessy lolos.  Begitu lihat nama desi muncul di pengumuman, ya, senang aja gitu.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari bermain sinetron itu?
Di film ini Dessy berperan sebagai mahasiswa yang memperkenalkan Aceh setelah tsunami, sekaligus jadi teman sahabatnya peran utama laki-laki. Di satu sisi, saya senang mencari pengalaman baru juga. Bagi Dessy, ini satu tantangan, tapi bawa santai aja. Serulah…

Ada pengalaman buruk?
Lumayan dimarahin, tapi itu lebih untuk membuat motivasi bagi kita. Sebenarnya tegas bukan judes, tapi harus disiplin. Kalau agak telat datang ya dimarahin ha-ha..

Bahasa Indonesia dengan Malaysia meski mirip, kan berbeda. Ada kendala soal bahasa saat syuting?

Kadang-kadang ada juga. Tapi terkesan dengan artis Malaysia, bisa tahu bahasa Malaysia yang belum pernah Dessy dengar langsung. Dalam film itu mereka tetap berbicara bahasa Malaysia, Dessy dan aktor utama yang dari Jakarta tetap berbicara bahasa Indonesia.

Aktor pemeran utama dari Jakarta?

Iya. Diambil artis Jakarta tiga orang  untuk pemeran cowoknya. Karena, untuk pemeran utama tidak ada dari Aceh yang cocok, akhirnya dikirim dua orang dari Jakarta untuk berperan sebagai orang Aceh.

Ini pengalaman pertama Dessy main film. Sebelumnya tidak tertarik atau bagaimana?

Desi pernah tes film indahnya perdamaian, terpilih pemeran utama juga. Tapi Dessy waktu itu ada kerja, jadi Dessy tolak tawaran itu. Dessy belum pernah bermain  film Aceh. Kalau misalnya ada tawaran, Dessy pingin coba juga. Waktu itu, satu minggu setelah main Kitab Cinta, dapat tawaran main drama TVRI nasional, judulnya Sahabat. Di situ Dessy kebagian peran sebagai seorang istri orang kaya yang alergi ama orang miskin, kotor dan kumuh. Ini peran menantang, karena sehari-hari Dessy tidak seperti itu ha-ha-ha...


Chaideer Mahyuddin | The Atjeh Post
Dessy bergelut di dunia seni peran dan modelling. Apa sih menariknya dua dunia itu bagi Dessy?
Dessy tertarik ke modeling dan akting, karena memang hobi ke situ. Kalau akting lebih mengutamakan menghafalkan naskahnya dan improvisasi. Kalau modeling lebih ke gaya kita jalan, penyesuaian baju yang kita pakai. Tergantung bajunya yang kita pakai, kalau pakaian muslim gaya jalannya lebih kalem, casual  jalanya sportif, sesuai yang kita pakai.

Bagaimana Dessy melihat perkembangan dunia modelling di Aceh sekarang? Kalau sekarang , modeling di Aceh sudah banyak yang tertarik. Kalau dulu tempat pengembangan bakat tidak ada, sekarang sudah banyak.  Aceh Modelling Agency, misalnya, banyak yang minat.  Ada juga beberapa model agency lain.

Pernah ikut even apa saja?

Kalau even modellling banyak. Tahun lalu, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tata Busana dapat juara harapan satu. Ini perlombaan busana. Mereka yang desain pakaian, Dessy yang jadi modelnya, kemudian dilombakan.  Kemudian juga dapat juara satu peragaan busana Sophie Martin. Awal bulan Juni ini Dessy dapat juara tiga lomba busana muslim Honda di Banda Aceh.

Dessy sendiri lebih senang memperagakan pakaian seperti apa?

Lebih senang yang pakaian muslimah arab-arab gitu. Casual suka juga tapi tergantung pakaiannya, selama ini lebih sering terima yang muslimah karena terasa lebih anggun.

Apa harapan desi untuk dunia modelling Aceh?

Pengennya lebih maju lagi evennya tidak di Aceh saja, pengen di luar Aceh juga. Kalau modelling di Aceh sebenarnya masih bisa dikembangkan.  Kalau di sini, kita juga harus ikut batasan-batasan yang ada. Misalnya, kalau mau bikin even harus ada ijin dinas syariat dulu, yang begitu-begitulah he-he..[atjehpost.com]

Posted by Ikhwanesia.com on 23.54. Filed under , , , , , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Labels