Khatib Shalat Jumat Dipukuli di Atas Mimbar
PIDIE | IKHWANESIA.COM — Khatib salat Jumat di Masjid Raya Keumala babak belur dihajar sejumlah jemaah, Jumat (9/9). Ia dipukul ketika tengah menyampaikan khutbah.
Khatib yang berasal dari Gapui, Kecamatan Indrajaya, Pidie, menyampaikan kritikan tajam terhadap perilaku politisi lokal dan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka.
“Jinoe gadouh peugah MoU. Peuna iwoe MoU nyan keunoe u gampong?” tanya khatib Saiful Bahri berapi-api. “UUPA, ujong-ujong peungeut Aceh.”
Tak berhenti di situ, khatib ini juga menyindir perilaku elite GAM yang menurutnya menumpuk kekayaan di masa damai ini. “Peugot rumoh ube-be raya, bloe muto, mandum ateuh darah bangsa,” kata dia.
Materi khutbah ini disampaikan kala khatib menyampaikan kriteria dosa-dosa yang tidak diampuni Allah. Di antara dosa yang tidak diampuni, kata dia, adalah memutuskan tali silaturrahmi.
“Jangan gara-gara berbeda partai, kita saling bermusuhan. Ada menantu Partai SIRA tidak berbicara lagi dengan mertua yang Partai Aceh,” ujarnya.
Selain itu, khatib juga menyorot kasus pembunuhan. “Jangan pikir membunuh itu bisa diampuni dengan hanya taubat, kalau belum meminta maaf pada ahli waris,” sebutnya.
Seorang jemaah yang duduk di barisan keempat, sontak berdiri. “Turun. Jangan kampanye di sini,” kata pria yang mantan GAM itu.
Khatib lalu meneruskan khutbahnya, ingin mengakhiri. Namun, pria itu tetap meminta khatib turun dari mimbar.
Jemaah lantas satu per satu bangun sehingga menimbulkan kericuhan. Seorang lain, pria berbaju kuning bermotif kotak-kota, emosi dan menuju mimbar.
Di atas mimbar, khatib dihayak. Dua personel berusaha mengamankan khatib. Namun, sejumlah jemaah lain juga ikut memukul. Khatib dibogem, ditendang. Wajah khatib memar. Pelipisnya berdarah.
Jemaah lain berusaha melerai. Namun khatib terus dipukuli. Jemaah berusaha mengamankan khatib dari amarah sekelompok orang itu. []
Khatib yang berasal dari Gapui, Kecamatan Indrajaya, Pidie, menyampaikan kritikan tajam terhadap perilaku politisi lokal dan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka.
“Jinoe gadouh peugah MoU. Peuna iwoe MoU nyan keunoe u gampong?” tanya khatib Saiful Bahri berapi-api. “UUPA, ujong-ujong peungeut Aceh.”
Tak berhenti di situ, khatib ini juga menyindir perilaku elite GAM yang menurutnya menumpuk kekayaan di masa damai ini. “Peugot rumoh ube-be raya, bloe muto, mandum ateuh darah bangsa,” kata dia.
Materi khutbah ini disampaikan kala khatib menyampaikan kriteria dosa-dosa yang tidak diampuni Allah. Di antara dosa yang tidak diampuni, kata dia, adalah memutuskan tali silaturrahmi.
“Jangan gara-gara berbeda partai, kita saling bermusuhan. Ada menantu Partai SIRA tidak berbicara lagi dengan mertua yang Partai Aceh,” ujarnya.
Selain itu, khatib juga menyorot kasus pembunuhan. “Jangan pikir membunuh itu bisa diampuni dengan hanya taubat, kalau belum meminta maaf pada ahli waris,” sebutnya.
Seorang jemaah yang duduk di barisan keempat, sontak berdiri. “Turun. Jangan kampanye di sini,” kata pria yang mantan GAM itu.
Khatib lalu meneruskan khutbahnya, ingin mengakhiri. Namun, pria itu tetap meminta khatib turun dari mimbar.
Jemaah lantas satu per satu bangun sehingga menimbulkan kericuhan. Seorang lain, pria berbaju kuning bermotif kotak-kota, emosi dan menuju mimbar.
Di atas mimbar, khatib dihayak. Dua personel berusaha mengamankan khatib. Namun, sejumlah jemaah lain juga ikut memukul. Khatib dibogem, ditendang. Wajah khatib memar. Pelipisnya berdarah.
Jemaah lain berusaha melerai. Namun khatib terus dipukuli. Jemaah berusaha mengamankan khatib dari amarah sekelompok orang itu. []