|

Memahami Orang Aceh


Judul Buku: Memahami Orang Aceh
Penulis: Dr. Mohd. Harun, M.Pd.
Penerbit: Citapustaka Media Perintis
Cetakan I: April 2009
Isi: xvi + 304

Beranjak dari penelitian disertasi, “Memahami Orang Aceh” menjadi sebuah buku yang sangat kuat mengangkat karakteristik dan tipologi masyarakat Aceh. Apalagi, penelitian dititikberatkan pada hadih maja yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Aceh. Oleh karena itu, buku setebal 304 halaman ini sangat patut dijadikan cermin dari kehidupan masyarakat Aceh: tempoe doeloe dan kini.

Bukan hanya itu, latar belakang si penulis yang menyandang predikat doktor bidang pendidikan dan bergelut sebagai pengajar sastra, adat dan budaya di Universitas Syiah Kuala dalam kesehariannya, semakin mengokohkan bahwa disertasi ini murni hasil penelitian lapangan. Tentunya ia memiliki landasan yang sangat kuat sebagai sumber acuan para peneliti berikutnya, yakni penelitian tentang karakteristik masyarakat Aceh.

Membaca buku mantan wartawan ini, kita semakin menyadari bahwa masyarakat Aceh sesungguhnya memiliki hati yang lembut dan kasih sayang. Adapun timbulnya sikap atau sifat iri hati, itu disebutkan bukan sifat mutlak ureueng Aceh, melainkan timbul kemudian hari karena sebab sesuatu semisal dikhianati, dicerca, dimaki, ditipu, dan sebagainya. Padahal, orang Aceh memiliki sifat lembut dan selalu mengalah. Hal itu terungkap dalam hadih maja pada buku ini, yang dikutip pula oleh Rektor Unsyiah, Darni M. Daud, pada pengantarnya. Hadih maja tersebut adalah surôt lhèe langkah meureundah diri, mangat jituri nyang bijaksana.

Secara umum, buku ini mengkaji struktur, fungsi, dan nilai hadih maja sebagai sastra lisan dalam masyarakat Aceh. Hadih maja dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan peribahasa, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut proverb, bahasa Arab matsal, bahasa Belanda Spreekword.

Melalui hadih maja-hadih maja yang sudah dikumpulnya bertahun-tahun, Harun mencoba memberikan pengetahuan baru kepada kita. Bahwa hadih maja yang selama ini terkesan sekedar jadi penambah pemanis kata bagi orang tua-orang tua ternyata memiliki nilai filosofis yang sangat dalam, yang dapat menunjukkan karakteristik masyarakat pemakainya: tentunya hal ini berdasarkan zaman pula.

Kendati tidak semua hadih maja dapat berlaku secara harfiah di segala zaman, nilai filosofis di dalamnya tetap menggambarkan tipologi masyarakat Aceh secara keseluruhan. Misalkan saja pada hadih maja Ureueng Aceh hanjeut teupèh / meunyo ka teupèh, bu leubèh han meuteumè rasa / meunyo hana teupèh, boh krèh jeut taraba /.

Filosofis yang diemban hadih maja tersebut masih terlihat dalam masyarakat Aceh hingga saat ini. Oleh karena itu, upaya pendokumentasian hadih maja apalagi dalam bentuk penelitian ilmiah seperti yang dilakukan Harun patut mendapatkan apresiasi tinggi.

Lebih rinci, Harun membagi beberapa konsep pemikiran dan watak orang Aceh melalui perspektif hadih maja: konsep nilai filosofis orang Aceh; konsep nilai etis orang Aceh; dan konsep nilai estetis orang Aceh. Ia mengakui bahwa ada satu konsep lagi yang tidak dimasukkan di sini, konsep religius orang Aceh, atas pertimbangan masih belum sempurnanya hasil penelitian tentang religius dalam masyarakat Aceh. Namun demikian, konsep dasar religius orang Aceh dapat dilihat pada disertasi Harun, yang dikeluarkan oleh Universitas Negeri Malang, 2006.

Akhirnya, membaca buku bersampul gambar orang tua bertopi ke belakang, hasil lukisan Mahdi Abdullah, ini membuat saya seperti semakin kenal ke-Aceh-an dalam diri dan masyarakat tempat saya tinggal. Gambar sampul buku itu pun seperti khas gambar salah seorang masyarakat Aceh, yang gemar telanjang dada dan memakai topi yang arahnya ke belakang. Pantas pula Rektor Unsyiah menyebutkan pada pengantarnya bahwa “Memahami Orang Aceh” adalah buku yang memuat berbagai aspek kehidupan masyarakat Aceh secara rinci.

Hemat saya, akan lebih rinci lagi manakala buku ini juga memuat pandangan orang Aceh dari sisi religius, sebab persoalan agama bagi masyarakat Aceh sudah seperti rapatnya kulit dengan ari. Namun demikian, buku ini tetap dapat menjadi landasan bagi para peneliti yang hendak mengkaji seluk beluk masyarakat Aceh, dulu dan sekarang.

sumber:atjehcyber
[Herman RN, Redaktur Pelaksan tuhoe]
Dimuat di Buletin Tuhoe Edisi XI, Desember 2009

Posted by Ikhwanesia.com on 23.12. Filed under , , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Labels