|

Benarkah kubu revolusi Libya telah disusupi musuh?

Andaikata judul diatas benar demikian adanya, pastilah benar ungkapan bahwa revolusi itu tidak begitu mudah keberhasilannya namun "!What next nya" lebih sukar lagi kecuali bagi bangsa yang mayoritas memiliki ideology Imam Hussein yang mantap. Ideology Imam Hussein adalah ideology Imam Ali dan otomatis adalah ideology Nabi Muhanmmad sendiri. Justeru itu kita salaut kepada bangsa Iran yang berhasil berevolusi, berhasil membangun "What next" nya dan berhasil juga mengembangkannya kendatipun diintimidasi musuh kiri dan kanannya. Sepeertinya Mesir juga akan mampu meneladani keberhasilan RII dan insya Allah Libya juga. (hsndwsp, Acheh - Suimatra)

Kemanakah Libya Pasca Lengsernya Gaddafi ?
Libya saat ini tengah melalui kondisi paling kritis sepanjang sejarah. Dari satu sisi, rakyat revolusioner berusaha keras menangkap Muammar Gaddafi beserta keluarganya dan dari sisi lain, mereka berupaya membersihkan seluruh wilayah negaranya dari anasir Gaddafi serta menguasai penuh Libya. Saat ini prioritas utama kubu revolusioner adalah menyatukan seluruh kubu anti Gaddafi dalam satu panji melawan sang diktator.

Terkait hal ini, Komandan senior kubu revolusi dalam sebuah jumpa pers di Tripoli menandaskan, kelompok pejuang anti Gaddafi berada di bawah komando Dewan Militer. Mengingat susunan demografi Libya yang terdiri dari suku-suku maka langkah kubu revolusioner menyatukan seluruh pasukan anti rezim di bawah panji Dewan Militer dapat dicermati sebagai upaya untuk mencegah perpecahan di antara mereka. Meski saat ini mayoritas suku di Libya telah menentang Gaddafi, namun yang ditakutkan adalah tuntutan mereka nantinya untuk mendapat saham di pemerintahan mendatang akan menciptakan krisis baru di negara ini. Apalagi telah lama terdapat persaingan antara kabilah di wilayah Barat dengan pusat Tripoli dan kabilah di wilayah Timur dengan pusat Benghazi.

Oleh karena itu, kita menyaksikan usahan keras Dewan Transisi Libya (NTC) menggapai tujuan perjuangan mereka dengan menyatukan seluruh kelompok pejuang anti Gaddafi baik dari kabilah Timur maupun Barat. Di samping memikirkan untuk menangkap Gaddafi beserta keluarganya, kini NTC juga tengah berupaya membentuk pemerintahan transisi.

Mayoritas pengamat menilai proses pembentukan pemerintahan baru di Libya sebagai tahap yang paling sulit. Kini berbagai pihak mulai menyadari bahwa kelompok bersenjata dari berbagai kabilah yang turut berperang merebut Tripoli, cepat atau lambat pasti menuntut saham mereka di pemerintahan mendatang. Oleh karena itu, berbagai elit politik memprediksikan akan meletusnya perang saudara di Libya. Perang ini akan membuka peluang baru bagi Barat untuk mengintervensi kembali Libya.

Sejak bulan Maret, negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlnatik Utara (NATO) dengan dalih melindungi rakyat sipil Libya menceburkan diri ke dalam kancah peperangan di negara ini. Kini NATO pun menyatakan kesiapannya melindungi pemerintahan baru Libya. Tak diragukan lagi NATO tengah berusaha mendapatkan posisi menentukan di Libya untuk mempengaruhi gerak pemerintahan mendatang. Inggris, Italia dan Perancis yang sejak lama terkenal suka mencampuri urusan internal Libya dipastikan akan menuntut prioritas dari Dewan Transisi Nasional dengan memprovokasi kabilah dan kelompok di negara ini pasca lengsernya Gaddafi.

Sementara itu, Dewan Transisi Nasional serius membentuk Dewan Militer untuk menyatukan kelompok-kelompok anti Gaddafi guna mensukseskan perjuangan mereka. Langkah ini kian diseriusi oleh NTC setelah tersebar isu kubu revolusi telah disusupi musuh. (IRIB/MF)


sumber: milis tertentu
b

Posted by Ikhwanesia.com on 02.23. Filed under , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Labels